Sabtu, Desember 15, 2007 pada pukul 15:30 | 1 komentar
Kecenderungan manusia adalah berkumpul atau berkelompok. Lebih spesifik lagi, kita cenderung berkelompok dengan orang-orang yang “sejenis” dengan kita.
Sejenis? Maksudnya yang cowok ngumpul ma cowok, dan yang cewek nimbrung ma cewek juga, bener kaya gitu?
Ada benernya juga… tapi bukan itu maksudku ^ ^. Maksud aku tuh, kita cenderung deket sama orang yang kepribadiannya sama atau nyaris sama dengan kita.
Dari sekian milyar manusia yang bertebaran di planet ini, sudah pasti tidak ada individu yang benar-benar sama. Tiap orang pasti punya kekhasannya sendiri, kendati hanya sedikit. Khas, bisa jadi karena sifatnya yang positif, atau malah yang negatif. Tapi pada intinya : everyone’s different.
Jadi, yang lo ma’soed dengan “sejenis” itu apah?
Iya… bakal gua jelasin kok. Sabar napa! Ehm, gini, memang, tiap manusia pasti berbeda. Namun, kita juga mungkin bisa dengan mudah menemukan kesamaan dengan orang lain. Ya mungkin kesamaan tabiat, watak, hobi, ataupun fisik. Kamu pasti sering, atau tau, ada orang-orang tertentu yang sifatnya tuh mirip banget sama kamu. Misal, kamu orangnya koetoe boekoe, doi juga. Kamu orangnya ember, doi juga. Nah itu yang aku maksud “kesamaan” atau “sejenis”.
Kenapa kita merasa nyaman dengan orang-orang yang “sejenis” dengan kita ketimbang orang “lain jenis”?
Mungkin, pertanyaan kamu di atas bisa kamu jawab sendiri. Sebagai manusia, kamu pasti nyadar, kalo kita akan merasa nyaman bersama seseorang apabila “nyambung”. Nyambung dalam artian bisa jadi kita satu ide atau satu persepsi dengan orang itu. Dengan adanya orang lain satu pemahaman dengan kita, akan menambah pembenaran akan ide dan persepsi kita tadi. Dan apabila kita merasa benar, akan memberikan kepuasan tersendiri bukan?
Atau mungkin juga, kita “nyambung” dengan orang yang punya jalan pikiran yang mirip dengan kita. Hal ini akan menjadi lebih ekstrim apabila sifat kita dan orang-orang yang sepaham dengan kita tadi termasuk minoritas. Pada prinsipnya masih sama, yaitu dengan berkumpulnya kita dengan orang-orang yang seide dan sepaham dengan kita akan memberikan pembenaran atau afirmasi positif terhadap ide, watak, tabiat, atau jalan pikiran kita.
Nah, bagaimana berhadapan dengan orang yang “berbeda jenis” dengan kita?
Tergantung, dari seberapa besar kadar “berbeda” itu sendiri. Semakin besar kadar perbedaannya, kecenderungan untuk menolak bergaul dengannya akan semakin besar. Perlu diingat, besar kecilnya perbedaan kita dengan seseorang tergantung bagaimana kita memandang orang itu. Semakin negatif kita memandangnya, semakin kita memperbesar skala perbedaan kita dengannya, sehingga lama-lama kita akan enggan bergaul dengannya dan relatif benci dengan tabiat, perilaku, bahkan dengan orangnya sendiri.

(gathered from Persogie, chapter Two)
dari diri ini : Akhiruddin kategori
Selasa, Desember 11, 2007 pada pukul 12:23 | 3 komentar
Ketika ditanya, manakah yang lebih murni, cintakah? Atau persahabatankah? Saya berani bertaruh, anda pasti bingung atau bimbang memilih dua opsi di atas, bukan? Ya, memang. Cinta dan persahabatan adalah dua hal dilematik yang akrab dan sering singgah dalam kehidupan anak muda. Banyak anak muda yang terperangkap dalam definisi dua hubungan ini. Namun, tidak sedikit juga yang beruntung bisa menikmati kedua-duanya tanpa menimbulkan “bentrokan batin”.
Cinta dan perashabatan sama-sama merupakan wujud dari sifat manusia yang senantiasa tidak betah hidup dalam kesendirian, dan butuh orang lain sebagai tempat berbagi. Cinta dan persahabatan juga tumbuh karena rasa percaya pada orang lain. Dan keduanya akan terus hidup, selama kita mengagumi/menyukai – suka, tidak selalu berarti cinta – orang yang bersangkutan. Lantas, dimanakah letak perbedaan keduanya?
Pertama, perbedaan yang dapat kita lihat adalah konsep rasa memiliki. Dalam cinta, rasa memiliki cenderung lebih ekstrem ketimbang dalam persahabatan. Kita boleh, dan berhak memiliki sebanyak apapun sahabat untuk kita. Tapi kalau orang yang dicintai? Jangan coba-coba memiliki lebih dari satu saja orang yang anda cintai. Cara pengungkapan sayang pun jadi faktor pembeda antara cinta dan persahabatan. Dalam percintaan, kita mengenal hadiah dan pernak-pernik yang romantis, kata-kata sanjungan, bualan-bualan gombal, bahkan ciuman. Namun dalam persahabatan, cukup ucapan terimakasih yang tulus, hadiah-hadiah sederhana, nasehat-nasehat, wejangan-wejangan, dsb.
Kemudian, perbedaan selanjutnya adalah individu tempat kita mencurahkan “perasaan”. Persahabatan, tidak mengenal diskrimasi gender. Semua bebas menjadikan siapa saja sebagai sahabatnya, baik cowok maupun cewek. Tidak aneh kalau cewek bersahabat dengan cowok. Juga tidak ganjil, kalau cowok bersahabat dengan sesama cowok. Sedangkan cinta, meskipun sekarang pasangan lesbian ataupun gay bukan merupakan hal yang baru lagi, namun mencintai sesama jenis tetaplah merupakan hal yang dianggap aneh. Yang wajar adalah mencintai lawan jenis kita. Ya, cowok cinta dengan cewek ataupun sebaliknya.
Lalu, bagaimana dengan “perasaan memiliki” kita pada hal/orang lain? Semisal “saya mencintai pelajaran matematika” atau “Tino sangat mencintai orang tuanya”. Apakah perasaan itu juga disebut cinta? Benar, itu cinta. Namun, saya lebih suka menyebutnya rasa sayang. Rasa menyayangi, tanpa kita perlu ada komitmen dengan hal/orang lain itu.
Kemudian, seringkali kita mendengar rasa persahabatan yang kemudian berubah menjadi rasa cinta. Bagaimana itu bisa terjadi? Diawali rasa suka dan cocok dengan seseorang, kemudian timbul rasa percaya terhadap seseorang yang menimbulkan rasa persahabatan. Dengan sahabat, kita sering berbagi dan bercerita berbagai hal sehingga kita mengenal pribadi satu sama lain dengan baik. Kemudian pada suatu titik, kita merasa bahwa rasa memiliki dan berbagi dalam persahabatan tidaklah cukup untuk mengungkapkan rasa sayang kita padanya. Kita menginginkan rasa memiliki yang lebih luas, yaitu cinta. Rasa cinta ini semakin meluap-luap didorong kekaguman kita pada sosok dirinya. Maka di saat itulah, rasa persahabatan telah berubah menjadi rasa cinta.
Nah, kembali ke pertanyaan diawal pembahasan ini, lebih murni yang manakah? Cinta? Atau persahabatan? Silahkan jawab sendiri…..

(gathered from Persogie, chapter One)
dari diri ini : Akhiruddin kategori
Senin, Desember 10, 2007 pada pukul 19:34 | 0 komentar

Dedah itu bernama angkasa mayapada
Ianya tak berujung
Pun bertepi
Ia meluas seiring mata ini menerawang
Ia membumbung setinggi mata ini menyingkap
Tak terhingga
Tak terbayangkan
Namun ia tetaplah sejumput dedah
Dedah yang padanya hadir beribu pertanyaan
Dedah yang padanya bersua berjuta jawaban
Bahwasanya 'Kun!'
Fayakun
Maka semuanya terjadilah
Terjadilah dedah itu
Inilah dedah
Yang diam
Inilah dedah
Yang senyap
Diamnya begitu senyap
Senyapnya begitu diam
...
..
.
Jika mayapada yang teramat luar biasa ini adalah dedah
..... Lalu apalah kita?
|
|
|
'Maka nikmat Ku yang manakah yang engkau dustakan?'

dari diri ini : Akhiruddin kategori
Minggu, Desember 09, 2007 pada pukul 17:03 | 0 komentar

Huff...capek. Sudah dua jam ini aku berkutat dengan tumpukan kertas-kertas usang dan buku-buku yang sudah berselimutkan debu...ampun, kerjaan begini ternyata nggak cuma nguras tenaga, tapi juga nguras pikiran. Gimana enggak, aku harus mensortir dokumen-dokumen lama ini untuk kemudian dikelompokkan satu persatu. Mana yang mesti disimpan dalam kotak, mana yang masih bisa dipake dan mana yang harus dibuang, alias dibukuhanguskan. Belum lagi debunya yang bikin dada sesak. Walaah...kayanya ini kerjaan kok ga ada habis-habisnya.
"istirahat dulu deh"pikirku
Sambil meneguk segelas air segar, mataku sekilas menangkap jarum pada jam dinding.
"hmm,sudah jam sebelas, berarti sudah dua jam ini aku disibukkan pekerjaan membersihkan rak buku"aku bergumam sendiri.
Ya mau gimana lagi. Mumpung hari Minggu, jadi selagi ada waktu ga apa beres beres kamar. Ga kebayang buku-buku ini dibiarin begitu aja. Udah nyesek banget.
"yak,semangat!"seruku memutuskan untuk kembali melanjutkan pekerjaan. Hm, tinggal sedikit lagi. Paling sebelum zuhur juga udah kelar.
Sebuah kotak berisi buku buku jaman SMU dulu kuangkat. "bismillah..."
Ups. Ada buku yang terjatuh. Brangkali ikatannya belum kuat benar. Kutaruh kembali kotak buku itu, lalu buku yang jatuh tadi kuambil kembali. Hmm, sepertinya buku ini begitu familiar...
Persogie...!, teriakku dalam hati. Ya, nama buku ini Persogie, istilah yang kubuat sendiri untuk Personal Organizer... Wow, dah lama sekali gak liat buku ini.
Kubuka halaman buku itu satu persatu. Hm, masih sama. Persogie adalah buku kesayanganku pas jaman SMU dulu. Persogie bukanlah organizer biasa. Ianya adalah tempat buat aku nuangin hobi menulisku. Ya...yang simple2 aja sih. Hampir tiap hari yang kulalui tertuang ke dalam Persogie. Semua ide dan pemikiranku numplek plek dalam Persogie.
Walah...jadi kangen buat nulis lagi. Tapi, dalam suasana kerja sambil kuliah yang sekarang aku lakoni, untuk mencari waktu senggang buat nulis adalah teramat susah...
Aku terdiam selama beberapa saat.
Aha! Aku ada ide!!, Teriakku dalam hati. Yes, aku dapat solusi gimana nuangin hobi nulisku biar bisa kaya dulu lagi...Ya via blogging dong!! Rencananya aku mw publish beberapa artikel di Persogie...moga2 teman-teman suka..!pikirku sambil mengangkat kembali kotak berisi buku-buku yang lumayan banyak.
Kerja...kerja...,gumamku.

dari diri ini : Akhiruddin kategori
Selasa, Desember 04, 2007 pada pukul 08:57 | 0 komentar

Gelombang. Titian. Nadir
Bergerak. Merangkak. Hilang
Terhempas. Terseok. Lenyap
Aku disini.
Terkesima.
Terpana.
Takjub.
Masih disini. Disini saja.
Ya Rabbi.
Kuasa Mu meliputi apa yang ada dan tiada.
(it was taken at the lakeshore of Singkarak ~ it was so amazing)

dari diri ini : Akhiruddin kategori
Visit the Site
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2007 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2007 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2007 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. blogger template by blog forum