Minggu, Januari 13, 2008 pada pukul 21:50 |
Bayangin jika di sepanjang hidup kamu - sejak kamu bangun pagi hingga kamu memejamkan mata kembali untuk tidur di malam harinya - hal-hal yang kamu temui hanyalah KETIDAK BERUNTUNGAN.

Waow. Nyengsarain bangeeets…

* * *

Ketika pagi hari - setelah alarm handphone ‘mbunyi untuk kesekianpuluh kalinya - kamu terkejut ketika tau kamu bangun sangat kesiangan… dan melewatkan shalat subuh untuk kesekian kalinya. Hal itu belum cukup, karena ternyata, teman sekamarmu rupanya sudah bangun sedari pagi tadi dan tidak merasa berdosa karena tidak mau untuk sekedar membangunkan kamu subuh tadi. Dia bilang begini…

“Maaf, aku tidak mau ganggu tidur kamu. Kamu kan tau aku paling gak suka ganggu orang” ujarnya sambil menikmati roti yang tadi malam kamu beli, dan emang sengaja kamu persiapkan buat sarapan kamu!

Begitu kamu memutuskan untuk mandi, kamu mengetahui kalau kamu tadi malam lupa membeli deodoran dan sabun mandi plus odol yang tinggal seujung kuku. Kamu menyesali diri kamu yang menurut kamu terlalu cepat untuk menjadi pikun. Terpaksalah kamu mandi dengan ala kadarnya.

Ampun. Begitu keluar kamar mandi, matamu secara tak sengaja menangkap keranjang baju kotormu yang… naudzubillah, sudah dua minggu ini belum kamu sentuh sehingga gak dinyana stok baju di lemari pakaianmu sudah tipis… Astaga! Termasuk pakaian seragam kerjamu, yang seharusnya kamu pakai pada pagi itu. Terpaksalah kamu mengambil pakaian seragam yang - untung saja - masih ada di jemuran karena belum kering akibat cuaca yang lembab dua minggu ini. Aduuuh, kamu mesti buru-buru ‘nggosok baju karena setengah jam lagi jam masuk kantor!

Dan bayangkan,…rupanya listrik padam pada pagi itu. Tumben, pikirmu.

Alhasil, dengan baju yang ‘lumayan’ kusut kamu berangkat ke kantor setelah waktu menunjukkan lima belas menit dari seharusnya kamu sudah ada di kantor.

Yang terbayang di pikiranmu sepanjang jalan adalah kerjaanmu yang belum kelar, dan kebetulan hari itu adalah deadlinenya!

Walah..mana kerjaanmu sangat computerized sehingga kalo listrik belum nyala, ya kamu gak bisa ngelanjutin pekerjaan. Mudah-mudahan batere laptopku masih cukup buat kerja, harapanmu begitu mau mulai kerja.

Dan ternyata… dugaanmu salah. Bahkan laptopmu gak bisa dinyalain sama sekali.

Ampun! Sebelum kekecewaanmu berlanjut, teman sekantormu mengabarkan berita yang cukup membuatmu shock : Tim dari pusat akan mengadakan inspeksi rutin ke kantor-kantor daerah…Astaga!
Kamu sadar benar kalau administrasi kerjamu sedang tidak beres…kalau tidak mau dibilang “kacau”.
Ces! Tiba-tiba listrik kembali menyala. Dan, ternyata kamu bisa memulai untuk menyelesaikan pekerjaanmu. Tapi, kamu hanya punya waktu setengah jam sebelum deadline…!

Ampun.

Belum kendor urat kepalamu memikirkan setoran pekerjaan yang belum selesai, tiba-tiba seorang rekan wanita yang lain memberimu kabar gossip bahwa kamu jadi bahan perbincangan hangat di kantor sejak kemarin.

Kamu dikabarkan berkolusi dengan atasan menguras keuangan kantor! Dan sekarang banyak orang yang mulai memperbincangkan kelakuanmu yang dianggap semau gue dan tidak tahu sopan santun!

Ampun. Gossip dari mana pula itu.

Gak dinyana, kamu sangat terpuruk pagi itu.

Tepat menjelang jam makan siang, kamu masuk ruang atasan untuk menyerahkan berkas pekerjaan yang sudah overlap dari deadline seharusnya. So pasti, kamu dimarahi habis-habisan karena dianggap lalai.

Begitu mau makan siang ke luar, kamu dikagetkan oleh seruan seorang rekan dari departemen yang berbeda…ia minta bantuan untuk memperbaiki printernya yang menurutnya bermasalah…

Jelas kamu menggerutu, karena sejak kemarin rekanmu itu mendesak-desakmu untuk melihat printernya yang bermasalah. Lebih lagi, karena sebenarnya itu bukan tugas untuk kamu.

Dengan senyuman terpaksa, kamu mengiyakan untuk membantunya.

Dan jam makan siangmupun terlewatkan…

Tepat pukul empat sore, kamu berangkat ke kampus untuk kuliah.

Kuliah sambil kerja memang bikin kepala puyeng….gerutumu sepanjang perjalanan.

Tiba-tiba kamu dikagetkan pertanyaan teman sekamarmu, yang kebetulan teman sekantormu, sekaligus teman sekampusmu.

“Kamu dah bikin tugas mata kuliah yang minggu kemarin?” tanyanya pelan. Tapi dah cukup buat bikin tulang-tulang dan persendianmu lemas. Kamu belum selesai - bahkan belum memulai - untuk membuat tugas kuliah itu. Dan, kamu tahu tidak, ternyata temanmu memberitahumu bahwa dia sudah selesai mengerjakan tugasnya itu…

“Aku pikir kamu tugas kamu dah selesai, soalnya aku liat kamu santai-santai aja” kilahnya…

Dan berakhirlah perkuliahan sore itu dengan ancaman dari Dosenmu…
“kalau minggu depan tidak juga kamu kumpul, saya tidak bisa lagi membantu…” ujar beliau.

Perjalanan kembali ke rumah tidak pula menyenangkan karena kamu teringat kalau hari itu adalah ulang tahun Ibumu, dan kamu sama sekali belum membeli hadiah…padahal kamu sudah merencanakannya dalam pikiranmu jauh hari sebelum itu.

Malam harinya kamu terduduk di tempat tidurmu. Memikirkan hari ini yang begitu melelahkan dan,…penuh kesialan, menurutmu. Kamu sedikit gamang, mau curhat sama teman sekamarmu…eeeh..taunya dia lagi asik nelponi pacarnya….sementara kamu?

Maka kau putuskan untuk langsung tidur…dengan tetap menggerutu….

[cerita di atas hanya fiktif belaka, jika ada kesamaaan tokoh dan peristiwa, maka itu hanyalah sebuah ketidaksengajaan]

* * *

Ampun. Gak kebayang kehidupan kamu seperti itu. Totally Chaos! Hancur banget. Tapi, gak nutup kemungkinan juga mungkin ada, bahkan banyak di antara kita yang ngalamin hal serupa. Sebuah runtutan dari Ketidakberuntungan seakan gak pernah berhenti mendera hidup kita. Hidup seperti gak adil dan kita mulai menyalahkan aspek-aspek di luar diri kita : teman kantor, keluarga, bahkan Tuhan. Apakah itu suatu penilaian yang cukup adil?

Bagaimana kalau proses identifikasi faktor kesalahan itu kita mulai dari diri kita sendiri?

Ada satu benang merah yang dapat kita tarik dari cerita singkat di atas. Benang merah ini merupakan penyebab tunggal dari runtutan ketidakberuntungan yang terjadi…yaitunya :

"Kebiasaan Menunda-nunda Pekerjaan"

Ampun. Sesederhana itukah faktornya? Bener banget. Frase yang sederhana, namun menghasilkan impact yang luar biasa fatal. Kebiasaan menunda adalah buah dari kemalasan. Dan kemalasan adalah buah dari anggapan yang mengganggap sepele suatu hal. Anggapan seperti itu muncul dari sikap yang tidak menghargai, tidak menghargai waktu, tidak menghargai orang lain, dan tidak menghargai nikmat hidup. Kita beranggapan dengan menunda pekerjaan kita bisa ‘beristirahat’ sejenak untuk kembali mengumpulkan energi untuk mengerjakan pekerjaan tersebut di kemudian waktu. Apakah benar demikian?

Yang ada adalah kita ‘fokus’ sama ‘istirahat’ yang akan kita kerjakan itu, bukan pada ‘pekerjaan’ yang tertunda tadi. Akibatnya, pekerjaan yang seharusnya sudah selesai dan tidak lagi mengisi ‘container’ masalah di pikiran kita masih eksis dan akan senantiasa ada dan mengganggu selagi perkerjaan itu belum selesai… jadilah kita terus merasa terganggu dan tidak pernah merasa nyaman.

Adalah kebiasaan kita, terlalu berorientasi pada hasil dan tidak sabar untuk menyelesaikan proses…karena itu timbullah kebiasaan jelek, “mau enaknya doang”. Karena itu, kebanyakan dari kita sering menunda-nunda pekerjaan dan berleha-leha menunggu waktu. Padahal kita tidak tahu kapan kesempatan untuk kita mengerjakan pekerjaan itu akan datang. Pekerjaan akan senantiasa datang silih berganti, dan jika kita saat ini menunda [delay] pekerjaan, maka nanti ia akan bertumburan dengan pekerjaan yang lainnya,…begitu terus-menerus…sehingga lama-lama kita akan…STRESS

Bayangkan jika kamu fokus sama pekerjaan kamu dan tidak menunda-nunda pekerjaan yang datang…maka yang akan terjadi adalah kamu tidak akan dipusingkan oleh hal-hal yang seharusnya sudah selesai dengan sendirinya. Jika prinsip hidup “kerjakan selagi ada kesempatan”, bukannya “istirahatlah selagi ada kesempatan” kamu terapkan, maka kamu akan menemui hal-hal seperti ini dalam hidup kamu :

1. Kamu tidak akan bangun kesiangan, karena alarm handphone sudah kamu setel sedemikian rupa dengan nada yang kira-kira akan akan pasti membuatmu bangun.
2. Kamu tidak akan kehabisan alat-alat mandi, jika kamu menjadwalkan belanja kebutuhanmu setiap bulannya.
3. Kamu tidak akan pusing dengan listrik yang padam, jika baju seragam kantormu telah kamu cuci dan gosok setiap akhir pekan dimana kamu tidak ada kegiatan.
4. Kamu tidak akan tergesa-gesa ke kantor hanya untuk memburu deadline pekerjaan yang belum selesai, jika pekerjaan itu telah selesai kamu lakukan justru saat pegumuman tanggal deadline diberitahukan.
5. Kamu tidak terganngu oleh permintaan temanmu, jika kamu langsung membantunya pada saat ia meminta pertolongan, sehingga jam makan siangmu tidak terganggu.
6. Kamu tidak akan diancam dosen, jika tugas darinya sudah kamu selesaikan pada malam pada hari ia memerintahkan tugas itu.
7. Kamu tidak akan melewatkan ulang tahun Ibumu, jika tanggal bersejarah itu telah kamu setting pada alarm handphonemu sekaligus pengingat untuk hari membeli hadiahnya!

Maka ucapkan selamat tinggal pada kebiasaan “Menunda-nunda Pekerjaan” dan ucapkan Selamat Datang pada kehidupan yang lebih baik!!!
dari diri ini : Akhiruddin kategori

4 komentar:

velly mengatakan...

yup.. setuju banget
lingkungan itu diciptakan, bukan menciptakan. so, menjadi "lucky" atau "unlucky" adalah pilihan.
memang sudah seharusnya kita berorientasi pada "proses" bukan hasil. karena hasil adalah suratan takdir-Nya.
kita ngga boleh terlena dengan yang namanya "istirahat"
nikmatilah dengan bekerja bukan bekerja dengan nikmat-alias berleha-leha

that's my opinion

16 Januari 2008 pukul 16.07  
Akhiruddin mengatakan...

okey...makin menarik aja nih
velly...komentar mu MUTU banget
akhir senang
ada apresiasi dari velly

wah
velly ada bakat nih
bagi dong pemikirannya...via blogging

ditunggu loh

17 Januari 2008 pukul 15.33  
Anonim mengatakan...

iya nih, kita2 pasti srg meLakukannya, trmasuk nisa, kdg sk menunda pkrjaan, tp nantinya justru pusing sndiri krn beban kerja jd numpuk,,

mari berusaha untuk menjadi Lebih baik dari hari ke hari,, bukan dgn kata2, tp dgn tindakan nyata,,

[wuih, keren bgt kata2 nisa, heuheu ^_^]

23 Juli 2008 pukul 12.13  
Anonim mengatakan...

Juzt KISS... Keep It Simple Stupid

Epilog:
Untung prolog nya fiksi, coba kalo nyata... unlucky-nya kebangetan dah :D

11 Maret 2009 pukul 12.33  
Visit the Site
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2007 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2007 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2007 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. blogger template by blog forum