Kamis, Mei 29, 2008 pada pukul 09:18 | 0 komentar

Aslkm.
Sudah terhitung berbulan diri ini tak lagi menyambangi Blog tercinta.
Tak terasa banyak hal yang telah terjadi
Dan diri ini tak terasa telah larut dalam rutinitas dan aktifitas yang secara periodik berulang... Itu ke itu saja.

Bosan.

Perlu ruang bagi seorang diri ini untuk melepas kepenatan.
Dunia ini begitu luas, namun kenapa terasa begitu menyesakkan?

Sesuatu harus dilakukan

Semua bergerak menurut ritme hati.
Hati yang beku akan melahirkan laku yang kaku
Laku yang kaku akan menghasilkan dunia yang semu...

Ya, aku tahu.

.....

[Wait up for the new episodes...]

dari diri ini : Akhiruddin kategori
Minggu, Februari 03, 2008 pada pukul 13:42 | 2 komentar

Percayalah, waktu yang dianugerahkan Allah untukmu dalam menghabiskan seluruh umurmu adalah teramat panjang.
Dan sekarang, sudah berapakah umurmu? Dua puluh dua? Dua puluh tiga? Wah, ternyata sudah cukup lama juga kamu mengecapi kehidupan. Jika diibaratkan pohon, pada usia ini seharusnya kamu sudah memiliki batang yang kuat, perakaran yang kokoh, dan bisa melindungi orang lain dengan keteduhan. Masih diibaratkan pohon, seharusnya kamu sudah menghasilkan buah yang manis yang bisa menyenangkan hati orang yang menerimanya.
Sudahkah kamu begitu?

dari diri ini : Akhiruddin kategori
Minggu, Januari 13, 2008 pada pukul 21:50 | 4 komentar
Bayangin jika di sepanjang hidup kamu - sejak kamu bangun pagi hingga kamu memejamkan mata kembali untuk tidur di malam harinya - hal-hal yang kamu temui hanyalah KETIDAK BERUNTUNGAN.

Waow. Nyengsarain bangeeets…

* * *

Ketika pagi hari - setelah alarm handphone ‘mbunyi untuk kesekianpuluh kalinya - kamu terkejut ketika tau kamu bangun sangat kesiangan… dan melewatkan shalat subuh untuk kesekian kalinya. Hal itu belum cukup, karena ternyata, teman sekamarmu rupanya sudah bangun sedari pagi tadi dan tidak merasa berdosa karena tidak mau untuk sekedar membangunkan kamu subuh tadi. Dia bilang begini…

“Maaf, aku tidak mau ganggu tidur kamu. Kamu kan tau aku paling gak suka ganggu orang” ujarnya sambil menikmati roti yang tadi malam kamu beli, dan emang sengaja kamu persiapkan buat sarapan kamu!

Begitu kamu memutuskan untuk mandi, kamu mengetahui kalau kamu tadi malam lupa membeli deodoran dan sabun mandi plus odol yang tinggal seujung kuku. Kamu menyesali diri kamu yang menurut kamu terlalu cepat untuk menjadi pikun. Terpaksalah kamu mandi dengan ala kadarnya.

Ampun. Begitu keluar kamar mandi, matamu secara tak sengaja menangkap keranjang baju kotormu yang… naudzubillah, sudah dua minggu ini belum kamu sentuh sehingga gak dinyana stok baju di lemari pakaianmu sudah tipis… Astaga! Termasuk pakaian seragam kerjamu, yang seharusnya kamu pakai pada pagi itu. Terpaksalah kamu mengambil pakaian seragam yang - untung saja - masih ada di jemuran karena belum kering akibat cuaca yang lembab dua minggu ini. Aduuuh, kamu mesti buru-buru ‘nggosok baju karena setengah jam lagi jam masuk kantor!

Dan bayangkan,…rupanya listrik padam pada pagi itu. Tumben, pikirmu.

Alhasil, dengan baju yang ‘lumayan’ kusut kamu berangkat ke kantor setelah waktu menunjukkan lima belas menit dari seharusnya kamu sudah ada di kantor.

Yang terbayang di pikiranmu sepanjang jalan adalah kerjaanmu yang belum kelar, dan kebetulan hari itu adalah deadlinenya!

Walah..mana kerjaanmu sangat computerized sehingga kalo listrik belum nyala, ya kamu gak bisa ngelanjutin pekerjaan. Mudah-mudahan batere laptopku masih cukup buat kerja, harapanmu begitu mau mulai kerja.

Dan ternyata… dugaanmu salah. Bahkan laptopmu gak bisa dinyalain sama sekali.

Ampun! Sebelum kekecewaanmu berlanjut, teman sekantormu mengabarkan berita yang cukup membuatmu shock : Tim dari pusat akan mengadakan inspeksi rutin ke kantor-kantor daerah…Astaga!
Kamu sadar benar kalau administrasi kerjamu sedang tidak beres…kalau tidak mau dibilang “kacau”.
Ces! Tiba-tiba listrik kembali menyala. Dan, ternyata kamu bisa memulai untuk menyelesaikan pekerjaanmu. Tapi, kamu hanya punya waktu setengah jam sebelum deadline…!

Ampun.

Belum kendor urat kepalamu memikirkan setoran pekerjaan yang belum selesai, tiba-tiba seorang rekan wanita yang lain memberimu kabar gossip bahwa kamu jadi bahan perbincangan hangat di kantor sejak kemarin.

Kamu dikabarkan berkolusi dengan atasan menguras keuangan kantor! Dan sekarang banyak orang yang mulai memperbincangkan kelakuanmu yang dianggap semau gue dan tidak tahu sopan santun!

Ampun. Gossip dari mana pula itu.

Gak dinyana, kamu sangat terpuruk pagi itu.

Tepat menjelang jam makan siang, kamu masuk ruang atasan untuk menyerahkan berkas pekerjaan yang sudah overlap dari deadline seharusnya. So pasti, kamu dimarahi habis-habisan karena dianggap lalai.

Begitu mau makan siang ke luar, kamu dikagetkan oleh seruan seorang rekan dari departemen yang berbeda…ia minta bantuan untuk memperbaiki printernya yang menurutnya bermasalah…

Jelas kamu menggerutu, karena sejak kemarin rekanmu itu mendesak-desakmu untuk melihat printernya yang bermasalah. Lebih lagi, karena sebenarnya itu bukan tugas untuk kamu.

Dengan senyuman terpaksa, kamu mengiyakan untuk membantunya.

Dan jam makan siangmupun terlewatkan…

Tepat pukul empat sore, kamu berangkat ke kampus untuk kuliah.

Kuliah sambil kerja memang bikin kepala puyeng….gerutumu sepanjang perjalanan.

Tiba-tiba kamu dikagetkan pertanyaan teman sekamarmu, yang kebetulan teman sekantormu, sekaligus teman sekampusmu.

“Kamu dah bikin tugas mata kuliah yang minggu kemarin?” tanyanya pelan. Tapi dah cukup buat bikin tulang-tulang dan persendianmu lemas. Kamu belum selesai - bahkan belum memulai - untuk membuat tugas kuliah itu. Dan, kamu tahu tidak, ternyata temanmu memberitahumu bahwa dia sudah selesai mengerjakan tugasnya itu…

“Aku pikir kamu tugas kamu dah selesai, soalnya aku liat kamu santai-santai aja” kilahnya…

Dan berakhirlah perkuliahan sore itu dengan ancaman dari Dosenmu…
“kalau minggu depan tidak juga kamu kumpul, saya tidak bisa lagi membantu…” ujar beliau.

Perjalanan kembali ke rumah tidak pula menyenangkan karena kamu teringat kalau hari itu adalah ulang tahun Ibumu, dan kamu sama sekali belum membeli hadiah…padahal kamu sudah merencanakannya dalam pikiranmu jauh hari sebelum itu.

Malam harinya kamu terduduk di tempat tidurmu. Memikirkan hari ini yang begitu melelahkan dan,…penuh kesialan, menurutmu. Kamu sedikit gamang, mau curhat sama teman sekamarmu…eeeh..taunya dia lagi asik nelponi pacarnya….sementara kamu?

Maka kau putuskan untuk langsung tidur…dengan tetap menggerutu….

[cerita di atas hanya fiktif belaka, jika ada kesamaaan tokoh dan peristiwa, maka itu hanyalah sebuah ketidaksengajaan]

* * *

Ampun. Gak kebayang kehidupan kamu seperti itu. Totally Chaos! Hancur banget. Tapi, gak nutup kemungkinan juga mungkin ada, bahkan banyak di antara kita yang ngalamin hal serupa. Sebuah runtutan dari Ketidakberuntungan seakan gak pernah berhenti mendera hidup kita. Hidup seperti gak adil dan kita mulai menyalahkan aspek-aspek di luar diri kita : teman kantor, keluarga, bahkan Tuhan. Apakah itu suatu penilaian yang cukup adil?

Bagaimana kalau proses identifikasi faktor kesalahan itu kita mulai dari diri kita sendiri?

Ada satu benang merah yang dapat kita tarik dari cerita singkat di atas. Benang merah ini merupakan penyebab tunggal dari runtutan ketidakberuntungan yang terjadi…yaitunya :

"Kebiasaan Menunda-nunda Pekerjaan"

Ampun. Sesederhana itukah faktornya? Bener banget. Frase yang sederhana, namun menghasilkan impact yang luar biasa fatal. Kebiasaan menunda adalah buah dari kemalasan. Dan kemalasan adalah buah dari anggapan yang mengganggap sepele suatu hal. Anggapan seperti itu muncul dari sikap yang tidak menghargai, tidak menghargai waktu, tidak menghargai orang lain, dan tidak menghargai nikmat hidup. Kita beranggapan dengan menunda pekerjaan kita bisa ‘beristirahat’ sejenak untuk kembali mengumpulkan energi untuk mengerjakan pekerjaan tersebut di kemudian waktu. Apakah benar demikian?

Yang ada adalah kita ‘fokus’ sama ‘istirahat’ yang akan kita kerjakan itu, bukan pada ‘pekerjaan’ yang tertunda tadi. Akibatnya, pekerjaan yang seharusnya sudah selesai dan tidak lagi mengisi ‘container’ masalah di pikiran kita masih eksis dan akan senantiasa ada dan mengganggu selagi perkerjaan itu belum selesai… jadilah kita terus merasa terganggu dan tidak pernah merasa nyaman.

Adalah kebiasaan kita, terlalu berorientasi pada hasil dan tidak sabar untuk menyelesaikan proses…karena itu timbullah kebiasaan jelek, “mau enaknya doang”. Karena itu, kebanyakan dari kita sering menunda-nunda pekerjaan dan berleha-leha menunggu waktu. Padahal kita tidak tahu kapan kesempatan untuk kita mengerjakan pekerjaan itu akan datang. Pekerjaan akan senantiasa datang silih berganti, dan jika kita saat ini menunda [delay] pekerjaan, maka nanti ia akan bertumburan dengan pekerjaan yang lainnya,…begitu terus-menerus…sehingga lama-lama kita akan…STRESS

Bayangkan jika kamu fokus sama pekerjaan kamu dan tidak menunda-nunda pekerjaan yang datang…maka yang akan terjadi adalah kamu tidak akan dipusingkan oleh hal-hal yang seharusnya sudah selesai dengan sendirinya. Jika prinsip hidup “kerjakan selagi ada kesempatan”, bukannya “istirahatlah selagi ada kesempatan” kamu terapkan, maka kamu akan menemui hal-hal seperti ini dalam hidup kamu :

1. Kamu tidak akan bangun kesiangan, karena alarm handphone sudah kamu setel sedemikian rupa dengan nada yang kira-kira akan akan pasti membuatmu bangun.
2. Kamu tidak akan kehabisan alat-alat mandi, jika kamu menjadwalkan belanja kebutuhanmu setiap bulannya.
3. Kamu tidak akan pusing dengan listrik yang padam, jika baju seragam kantormu telah kamu cuci dan gosok setiap akhir pekan dimana kamu tidak ada kegiatan.
4. Kamu tidak akan tergesa-gesa ke kantor hanya untuk memburu deadline pekerjaan yang belum selesai, jika pekerjaan itu telah selesai kamu lakukan justru saat pegumuman tanggal deadline diberitahukan.
5. Kamu tidak terganngu oleh permintaan temanmu, jika kamu langsung membantunya pada saat ia meminta pertolongan, sehingga jam makan siangmu tidak terganggu.
6. Kamu tidak akan diancam dosen, jika tugas darinya sudah kamu selesaikan pada malam pada hari ia memerintahkan tugas itu.
7. Kamu tidak akan melewatkan ulang tahun Ibumu, jika tanggal bersejarah itu telah kamu setting pada alarm handphonemu sekaligus pengingat untuk hari membeli hadiahnya!

Maka ucapkan selamat tinggal pada kebiasaan “Menunda-nunda Pekerjaan” dan ucapkan Selamat Datang pada kehidupan yang lebih baik!!!
dari diri ini : Akhiruddin kategori
Minggu, Januari 06, 2008 pada pukul 22:43 | 0 komentar
Entah kenapa, belakangan kepala ini rasanya mumeet…banget.
Mungkin ini yang dinamakan “stress”…

Gak tau juga siy…
Kata orang begitu

Atau enggak?

Duuh..ribet!

Yang jelas. Ini kepala rasanya dah “full-tank” disatroni sama bejubel masalah…
Mulai dari kerjaan
Kuliah
Teman
Keluarga

Aaaaah…rasanya mau punya teman buat curhat dan berbagi serta mencari penyelesaiannya…
Nah loh…
Mulai mikirin “jodoh” nih
Ya udah, tunggu apalagi…
Kan dah cukup umur (22nd stage of your life)
Kan dah cukup mapan (dah kerja kan?)
Kan dah dapet dukungan keluarga… (ah yang bener?)
Kan dah disunnahkan Nabi (nikah usia muda)
Aaaaah…rasanya mau punya teman buat curhat dan berbagi serta mencari penyelesaiannya…

Eits.
Mulai mikir kemana-mana lagi.

Jodoh
Maut
Rezeki
Semuanya dah ada yang ngatur. Yaitu Allah.
Tenang aja. Semuanya dah ada porsinya kok.

Tapi gak juga deng.
Harus ada “ikhtiar”nya juga dong…usaha mesti teteup ada.

“Jangan Gila Dong…!”

Emang jodoh itu jatuh dari langit? Hujan kalee.
Ya usaha mesti tetep ada. Tapi kan ada TAPInya…
Tapi…
Cara yang bagaimana…?

Duuh..kok bisa mikirin ini siy?
Jadi nambah mumet…

Emang kamu mau kriteria yang bagaimana?

Hmm.. gak ribet siy.
Sholehah. Itu yang pertama.
Kesholehannya itu kelihatan dari penampilan, gerak gerik, dan tutur katanya. Itu yang kedua.
Kalo soal fisik…gak nuntut banget siy. Soalnya sholehah itu dah jadi kecantikan buat dia.
Orang kalo dah sholehah, kecantikannya itu dah otomatis.
Itu menurut aku siy.

“Wanita baik-baik untuk pria baik-baik”…
Kalo gak salah ada loh di dalam Al-Quran, ayat yang mengungkapkan demikian…
Artinya,
Kamu dah jadi “pria baik-baik” belum?

Coba deh. Renungin dulu.
Habis direnungin. Trus ukur diri. Udah sholeh belum?
Maunya yang sholehah…tapi kok belum sholeh…
Kan lucu…

Ampun.

Yayaya..masalah emang bukan buat dipikirin, itu prinsip aku.
Masalah itu ada. Buat kita cari penyelesaiannya.
Termasuk soal jodoh.
Gak usah bingung. Gak usah linglung.
Terus perbaiki diri. Insya Allah jodoh dah menanti.
Yang jelas, gak jauh-jauh amat dari jalan hidup kamu.

Jadi ingat sebuah puisi…

“Ketika kumohon pada Allah kekuatan
Allah memberikanku kesulitan agar aku menjadi kuat
Ketika kumohon pada Allah kebijaksanaan
Allah memberikanku masalah untuk kupecahkan
Ketika kumohon pada Allah kesejahteraan
Allah memberiku akal untuk berfikir
Ketika kumohon pada Allah keberanian
Allah memberikanku kondisi bahaya untuk kuatasi
Ketika kumohon kepada Allah sebuah cinta
Allah memberikanku orang-orang yang bermasalah untuk kutolong

Ketika kumohon kepada Allah bantuan
Allah memberikanku kesempatan

Aku tak pernah mendapatkan apa yang kuminta
Tapi aku menerima segala yang kubutuhkan

Jadikan sebuah tantangan peluang untuk maju
Hidup adalah perjuangan
Jangan jadikan masalah sebagai penghalang
Tapi jadikan tantangan untuk mencari pemecahannya”


Geethooo…

Wah. Puisinya sedep banget coy… tengkyu yah.
dari diri ini : Akhiruddin kategori
pada pukul 08:41 | 0 komentar

Dapet mainan baru...
Kata orang kl yang namanya hobi bisa bikin lupa makan, lupa waktu, bahkan lupa diri...
Ini hobi namanya Tennis.
Asik juga...
Olahraganya ga tlalu berat... Tp perlu konsentrasi tinggi dan teknik yg benar biar bolanya 'mental' dgn baik. Jd ga asal mukul...
Biar cuma br bs pukulan forehand dan sedikit volley shoot, hobi baru ini bisa begitu menghipnotis...ampe bolos kuliah biar bs main... Padahal cuaca lagi g menentu... Bentar hujan bentar terik... Huff...badan bisa panas dingin...tp y itu tadi, dah lupa diri...
cape de...

dari diri ini : Akhiruddin kategori
Sabtu, Desember 15, 2007 pada pukul 15:30 | 1 komentar
Kecenderungan manusia adalah berkumpul atau berkelompok. Lebih spesifik lagi, kita cenderung berkelompok dengan orang-orang yang “sejenis” dengan kita.
Sejenis? Maksudnya yang cowok ngumpul ma cowok, dan yang cewek nimbrung ma cewek juga, bener kaya gitu?
Ada benernya juga… tapi bukan itu maksudku ^ ^. Maksud aku tuh, kita cenderung deket sama orang yang kepribadiannya sama atau nyaris sama dengan kita.
Dari sekian milyar manusia yang bertebaran di planet ini, sudah pasti tidak ada individu yang benar-benar sama. Tiap orang pasti punya kekhasannya sendiri, kendati hanya sedikit. Khas, bisa jadi karena sifatnya yang positif, atau malah yang negatif. Tapi pada intinya : everyone’s different.
Jadi, yang lo ma’soed dengan “sejenis” itu apah?
Iya… bakal gua jelasin kok. Sabar napa! Ehm, gini, memang, tiap manusia pasti berbeda. Namun, kita juga mungkin bisa dengan mudah menemukan kesamaan dengan orang lain. Ya mungkin kesamaan tabiat, watak, hobi, ataupun fisik. Kamu pasti sering, atau tau, ada orang-orang tertentu yang sifatnya tuh mirip banget sama kamu. Misal, kamu orangnya koetoe boekoe, doi juga. Kamu orangnya ember, doi juga. Nah itu yang aku maksud “kesamaan” atau “sejenis”.
Kenapa kita merasa nyaman dengan orang-orang yang “sejenis” dengan kita ketimbang orang “lain jenis”?
Mungkin, pertanyaan kamu di atas bisa kamu jawab sendiri. Sebagai manusia, kamu pasti nyadar, kalo kita akan merasa nyaman bersama seseorang apabila “nyambung”. Nyambung dalam artian bisa jadi kita satu ide atau satu persepsi dengan orang itu. Dengan adanya orang lain satu pemahaman dengan kita, akan menambah pembenaran akan ide dan persepsi kita tadi. Dan apabila kita merasa benar, akan memberikan kepuasan tersendiri bukan?
Atau mungkin juga, kita “nyambung” dengan orang yang punya jalan pikiran yang mirip dengan kita. Hal ini akan menjadi lebih ekstrim apabila sifat kita dan orang-orang yang sepaham dengan kita tadi termasuk minoritas. Pada prinsipnya masih sama, yaitu dengan berkumpulnya kita dengan orang-orang yang seide dan sepaham dengan kita akan memberikan pembenaran atau afirmasi positif terhadap ide, watak, tabiat, atau jalan pikiran kita.
Nah, bagaimana berhadapan dengan orang yang “berbeda jenis” dengan kita?
Tergantung, dari seberapa besar kadar “berbeda” itu sendiri. Semakin besar kadar perbedaannya, kecenderungan untuk menolak bergaul dengannya akan semakin besar. Perlu diingat, besar kecilnya perbedaan kita dengan seseorang tergantung bagaimana kita memandang orang itu. Semakin negatif kita memandangnya, semakin kita memperbesar skala perbedaan kita dengannya, sehingga lama-lama kita akan enggan bergaul dengannya dan relatif benci dengan tabiat, perilaku, bahkan dengan orangnya sendiri.

(gathered from Persogie, chapter Two)
dari diri ini : Akhiruddin kategori
Selasa, Desember 11, 2007 pada pukul 12:23 | 3 komentar
Ketika ditanya, manakah yang lebih murni, cintakah? Atau persahabatankah? Saya berani bertaruh, anda pasti bingung atau bimbang memilih dua opsi di atas, bukan? Ya, memang. Cinta dan persahabatan adalah dua hal dilematik yang akrab dan sering singgah dalam kehidupan anak muda. Banyak anak muda yang terperangkap dalam definisi dua hubungan ini. Namun, tidak sedikit juga yang beruntung bisa menikmati kedua-duanya tanpa menimbulkan “bentrokan batin”.
Cinta dan perashabatan sama-sama merupakan wujud dari sifat manusia yang senantiasa tidak betah hidup dalam kesendirian, dan butuh orang lain sebagai tempat berbagi. Cinta dan persahabatan juga tumbuh karena rasa percaya pada orang lain. Dan keduanya akan terus hidup, selama kita mengagumi/menyukai – suka, tidak selalu berarti cinta – orang yang bersangkutan. Lantas, dimanakah letak perbedaan keduanya?
Pertama, perbedaan yang dapat kita lihat adalah konsep rasa memiliki. Dalam cinta, rasa memiliki cenderung lebih ekstrem ketimbang dalam persahabatan. Kita boleh, dan berhak memiliki sebanyak apapun sahabat untuk kita. Tapi kalau orang yang dicintai? Jangan coba-coba memiliki lebih dari satu saja orang yang anda cintai. Cara pengungkapan sayang pun jadi faktor pembeda antara cinta dan persahabatan. Dalam percintaan, kita mengenal hadiah dan pernak-pernik yang romantis, kata-kata sanjungan, bualan-bualan gombal, bahkan ciuman. Namun dalam persahabatan, cukup ucapan terimakasih yang tulus, hadiah-hadiah sederhana, nasehat-nasehat, wejangan-wejangan, dsb.
Kemudian, perbedaan selanjutnya adalah individu tempat kita mencurahkan “perasaan”. Persahabatan, tidak mengenal diskrimasi gender. Semua bebas menjadikan siapa saja sebagai sahabatnya, baik cowok maupun cewek. Tidak aneh kalau cewek bersahabat dengan cowok. Juga tidak ganjil, kalau cowok bersahabat dengan sesama cowok. Sedangkan cinta, meskipun sekarang pasangan lesbian ataupun gay bukan merupakan hal yang baru lagi, namun mencintai sesama jenis tetaplah merupakan hal yang dianggap aneh. Yang wajar adalah mencintai lawan jenis kita. Ya, cowok cinta dengan cewek ataupun sebaliknya.
Lalu, bagaimana dengan “perasaan memiliki” kita pada hal/orang lain? Semisal “saya mencintai pelajaran matematika” atau “Tino sangat mencintai orang tuanya”. Apakah perasaan itu juga disebut cinta? Benar, itu cinta. Namun, saya lebih suka menyebutnya rasa sayang. Rasa menyayangi, tanpa kita perlu ada komitmen dengan hal/orang lain itu.
Kemudian, seringkali kita mendengar rasa persahabatan yang kemudian berubah menjadi rasa cinta. Bagaimana itu bisa terjadi? Diawali rasa suka dan cocok dengan seseorang, kemudian timbul rasa percaya terhadap seseorang yang menimbulkan rasa persahabatan. Dengan sahabat, kita sering berbagi dan bercerita berbagai hal sehingga kita mengenal pribadi satu sama lain dengan baik. Kemudian pada suatu titik, kita merasa bahwa rasa memiliki dan berbagi dalam persahabatan tidaklah cukup untuk mengungkapkan rasa sayang kita padanya. Kita menginginkan rasa memiliki yang lebih luas, yaitu cinta. Rasa cinta ini semakin meluap-luap didorong kekaguman kita pada sosok dirinya. Maka di saat itulah, rasa persahabatan telah berubah menjadi rasa cinta.
Nah, kembali ke pertanyaan diawal pembahasan ini, lebih murni yang manakah? Cinta? Atau persahabatan? Silahkan jawab sendiri…..

(gathered from Persogie, chapter One)
dari diri ini : Akhiruddin kategori
Senin, Desember 10, 2007 pada pukul 19:34 | 0 komentar

Dedah itu bernama angkasa mayapada
Ianya tak berujung
Pun bertepi
Ia meluas seiring mata ini menerawang
Ia membumbung setinggi mata ini menyingkap
Tak terhingga
Tak terbayangkan
Namun ia tetaplah sejumput dedah
Dedah yang padanya hadir beribu pertanyaan
Dedah yang padanya bersua berjuta jawaban
Bahwasanya 'Kun!'
Fayakun
Maka semuanya terjadilah
Terjadilah dedah itu
Inilah dedah
Yang diam
Inilah dedah
Yang senyap
Diamnya begitu senyap
Senyapnya begitu diam
...
..
.
Jika mayapada yang teramat luar biasa ini adalah dedah
..... Lalu apalah kita?
|
|
|
'Maka nikmat Ku yang manakah yang engkau dustakan?'

dari diri ini : Akhiruddin kategori
Minggu, Desember 09, 2007 pada pukul 17:03 | 0 komentar

Huff...capek. Sudah dua jam ini aku berkutat dengan tumpukan kertas-kertas usang dan buku-buku yang sudah berselimutkan debu...ampun, kerjaan begini ternyata nggak cuma nguras tenaga, tapi juga nguras pikiran. Gimana enggak, aku harus mensortir dokumen-dokumen lama ini untuk kemudian dikelompokkan satu persatu. Mana yang mesti disimpan dalam kotak, mana yang masih bisa dipake dan mana yang harus dibuang, alias dibukuhanguskan. Belum lagi debunya yang bikin dada sesak. Walaah...kayanya ini kerjaan kok ga ada habis-habisnya.
"istirahat dulu deh"pikirku
Sambil meneguk segelas air segar, mataku sekilas menangkap jarum pada jam dinding.
"hmm,sudah jam sebelas, berarti sudah dua jam ini aku disibukkan pekerjaan membersihkan rak buku"aku bergumam sendiri.
Ya mau gimana lagi. Mumpung hari Minggu, jadi selagi ada waktu ga apa beres beres kamar. Ga kebayang buku-buku ini dibiarin begitu aja. Udah nyesek banget.
"yak,semangat!"seruku memutuskan untuk kembali melanjutkan pekerjaan. Hm, tinggal sedikit lagi. Paling sebelum zuhur juga udah kelar.
Sebuah kotak berisi buku buku jaman SMU dulu kuangkat. "bismillah..."
Ups. Ada buku yang terjatuh. Brangkali ikatannya belum kuat benar. Kutaruh kembali kotak buku itu, lalu buku yang jatuh tadi kuambil kembali. Hmm, sepertinya buku ini begitu familiar...
Persogie...!, teriakku dalam hati. Ya, nama buku ini Persogie, istilah yang kubuat sendiri untuk Personal Organizer... Wow, dah lama sekali gak liat buku ini.
Kubuka halaman buku itu satu persatu. Hm, masih sama. Persogie adalah buku kesayanganku pas jaman SMU dulu. Persogie bukanlah organizer biasa. Ianya adalah tempat buat aku nuangin hobi menulisku. Ya...yang simple2 aja sih. Hampir tiap hari yang kulalui tertuang ke dalam Persogie. Semua ide dan pemikiranku numplek plek dalam Persogie.
Walah...jadi kangen buat nulis lagi. Tapi, dalam suasana kerja sambil kuliah yang sekarang aku lakoni, untuk mencari waktu senggang buat nulis adalah teramat susah...
Aku terdiam selama beberapa saat.
Aha! Aku ada ide!!, Teriakku dalam hati. Yes, aku dapat solusi gimana nuangin hobi nulisku biar bisa kaya dulu lagi...Ya via blogging dong!! Rencananya aku mw publish beberapa artikel di Persogie...moga2 teman-teman suka..!pikirku sambil mengangkat kembali kotak berisi buku-buku yang lumayan banyak.
Kerja...kerja...,gumamku.

dari diri ini : Akhiruddin kategori
Selasa, Desember 04, 2007 pada pukul 08:57 | 0 komentar

Gelombang. Titian. Nadir
Bergerak. Merangkak. Hilang
Terhempas. Terseok. Lenyap
Aku disini.
Terkesima.
Terpana.
Takjub.
Masih disini. Disini saja.
Ya Rabbi.
Kuasa Mu meliputi apa yang ada dan tiada.
(it was taken at the lakeshore of Singkarak ~ it was so amazing)

dari diri ini : Akhiruddin kategori
Visit the Site
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2007 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2007 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2007 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. blogger template by blog forum